Audiensi IISIA Bersama Dirjen ILMATE untuk Penguatan Industri Baja Nasional
Sumber: IISIA
Chairman IISIA sekaligus Direktur Utama PT Krakatau Steel, Tbk. (Persero), M. Akbar Djohan, Vice Chairman Ismail Mandry, serta perwakilan Executive Committee IISIA melakukan audiensi bersama Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Setia Diarta beserta dengan Direktur Logam Kementerian Perindustrian, Rizki Aditya, pada Selasa, 17 Desember 2024. Pertemuan ini bertujuan untuk meminta dukungan pemerintah dalam upaya menyelamatkan industri baja nasional, yang dikenal sebagai mother of industry karena perannya yang sangat penting bagi perekonomian.
Dalam pertemuan ini, Akbar menyampaikan rencana peluncuran acara Iron Steel Summit Exhibition of Indonesia (ISSEI) yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu, 18 Desember 2024, di Royal Kuningan, Jakarta Selatan. Pameran ISSEI sendiri akan digelar pada 20-22 Mei 2025. Acara ini dirancang untuk memperkuat sinergi dan pengembangan industri baja nasional dengan melibatkan asosiasi dari berbagai industri terkait, seperti Hinabi, Iperindo, ISSC, dan lainnya. Selain itu, ISSEI akan berkolaborasi dengan SEAISI untuk menampilkan berbagai inovasi, termasuk miniatur kapal cepat dan mobil listrik terbaru. Pameran ini menargetkan partisipasi 200 perusahaan sebagai exhibitor dan akan dilengkapi dengan seminar, lokakarya singkat, serta lomba desain. Noor Fuad, Direktur Utama PT Krakatau Bandar Samudera, akan bertindak sebagai ketua acara ini.
Lebih lanjut, Akbar menyoroti tantangan berat yang dihadapi industri baja nasional, seperti dominasi komoditas baja impor di pasar domestik. Padahal, sektor ini memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Setiap investasi senilai 1 juta USD di industri baja mampu menciptakan peluang kerja yang signifikan. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, dukungan penuh terhadap produsen baja dalam negeri sangat penting. Salah satu langkah strategis yang dibutuhkan adalah penguatan regulasi dan pemberlakuan instrumen perlindungan industri domestik, seperti Penyertaan Modal Negara (PMN) dan pemberlakuan bea masuk anti-dumping. Di tengah situasi unfair trade (perdagangan yang tidak adil), proteksi terhadap industri dalam negeri di Indonesia masih sangat lemah, bahkan kurang dari 10%. Sebagai perbandingan, negara seperti Amerika Serikat dan Inggris telah menerapkan proteksi yang kuat terhadap industri lokal mereka, sehingga eksportir besar seperti China mencari negara lain sebagai pasar alternatif. Di tengah situasi perdagangan yang tidak adil, Indonesia berisiko menjadi target pasar produk impor jika tindakan perlindungan tidak segera diperkuat. Sebelumnya, IISIA telah berdiskusi dengan Kementerian Perdagangan terkait inisiasi Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk produk Cold Rolled Coil (CRC). Namun, proses tersebut masih memerlukan waktu untuk mendapatkan keputusan akhir di Kementerian Keuangan. Mengingat pentingnya tindakan BMAD, IISIA berharap proses penanganannya dapat dipercepat untuk mengurangi potensi kerentanan Indonesia menjadi target pasar produk baja impor. Selain itu, Vice Chairman IISIA Ismail Mandry, juga menyampaikan masalah lain yang menjadi perhatian yaitu masuknya produk baja impor yang tidak memenuhi standar kualitas. Pengawasan terhadap standarisasi produk, yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian, perlu diperketat untuk melindungi kualitas dan daya saing industri baja nasional.
Saat ini, industri baja nasional menghadapi tekanan berat akibat serbuan produk impor dengan harga murah yang membuat persaingan semakin sulit. Direktur Eksekutif IISIA, Harry Warganegara, menyatakan bahwa jika industri dalam negeri dapat meningkatkan produksi, maka volume impor dapat dikurangi secara signifikan. IISIA berharap industri baja mendapatkan dukungan penuh untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih stabil dan pengendalian impor yang lebih terstruktur. Berdasarkan proyeksi, konsumsi baja pada tahun 2024 mencapai 18,5 juta ton, dengan produksi baja jadi berada di angka 16,7 juta ton, yang mencakup 5,3 juta ton untuk ekspor, konsumsi domestik sebesar 11,4 juta ton, dan impor sebesar 7,1 juta ton. Anggota Khusus IISIA, Bimakarsa Wijaya, menambahkan bahwa jika utilisasi industri dapat ditingkatkan sekitar 10% sesuai arahan pemerintah, maka akan ada tambahan keuntungan yang signifikan baik bagi negara maupun industri baja nasional.
Untuk mendukung industri baja nasional, Setia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan produk dalam negeri. Ia menyebutkan bahwa upaya nyata telah dilakukan, di antaranya berhasil menekan impor baja hingga turun sebesar 9% pada tahun 2024. Meskipun demikian, ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri baja untuk saling menjaga dan bersinergi dalam memperkuat industri nasional. Dengan sinergi yang baik, target peningkatan utilisasi dan pengendalian impor dapat tercapai dengan lebih optimal.
***